BERITA TERBARU HARI INI – Hematokrit adalah Kadar Sel Darah Merah, Kapan Harus Diperiksa?. Hematokrit adalah salah satu parameter penting dalam pemeriksaan medis yang digunakan untuk mengukur persentase volume sel darah merah dalam darah seseorang. Pemeriksaan hematokrit sering kali dilakukan sebagai bagian dari tes darah lengkap untuk menilai kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.
Sel darah merah, yang berperan penting dalam membawa oksigen ke seluruh sel tubuh, sangat berpengaruh pada fungsi organ vital. Oleh karena itu, jumlah sel darah merah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menandakan adanya gangguan kesehatan, seperti anemia atau polisitemia.
Kadar hematokrit normal bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin, namun baik kadar yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Oleh sebab itu, pemeriksaan hematokrit sangat penting untuk memastikan fungsi darah dan sistem peredaran oksigen dalam tubuh bekerja dengan optimal. Berikut ulasan lebih lanjut tentang hematokrit adalah kadar sel darah merah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (18/10/2024).
Apa itu Hematokrit
Hematokrit adalah salah satu parameter penting dalam dunia medis yang menggambarkan persentase volume sel darah merah dalam darah. Sel darah merah merupakan salah satu dari tiga komponen utama dalam darah, bersama dengan sel darah putih dan trombosit. Fungsi utama sel darah merah adalah mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, sehingga jumlahnya yang seimbang sangat penting untuk menjaga berbagai fungsi tubuh berjalan normal.
Tes hematokrit dilakukan untuk mengukur perbandingan antara jumlah sel darah merah dengan volume darah secara keseluruhan. Pemeriksaan ini juga dikenal sebagai packed-cell volume (PCV) dan merupakan bagian dari hitung darah lengkap.
Kadar hematokrit yang normal bervariasi, namun jika hasilnya terlalu rendah atau terlalu tinggi, hal ini dapat menjadi indikasi adanya gangguan kesehatan, seperti anemia atau polisitemia. Pemeriksaan hematokrit membantu dokter dalam menegakkan diagnosis serta memantau efektivitas pengobatan pasien. Sebagai contoh, kadar hematokrit sekitar 38% dianggap sebagai batas minimal untuk mendonorkan darah.
Kadar Normal Hematokrit
Kadar hematokrit yang normal merupakan indikator penting untuk menjaga kesehatan tubuh, karena tingkat ini mencerminkan keseimbangan jumlah sel darah merah dalam darah. Sel darah merah berperan dalam membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, sehingga kadar hematokrit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menandakan adanya masalah kesehatan, seperti anemia atau polisitemia. Untuk memastikan kadar hematokrit berada dalam rentang normal, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan darah lengkap atau complete blood count (CBC).
Kadar hematokrit dinyatakan dalam persen, misalnya jika seseorang memiliki kadar hematokrit 46%, berarti 46 mililiter dari setiap 100 mililiter darah terdiri dari sel darah merah. Rentang kadar hematokrit normal bervariasi tergantung pada usia dan jenis kelamin. Berikut adalah rentang normal berdasarkan usia dan jenis kelamin,
- Bayi baru lahir: 55–66%
- Bayi berusia 1 minggu: 47–65%
- Bayi usia 1 bulan: 37–49%
- Bayi usia 3 bulan: 30–36%
- Anak usia 1 tahun: 29–41%
- Anak usia 10 tahun: 36–40%
- Laki-laki dewasa: 42–54%
- Perempuan dewasa: 38–46%
Penyebab Hematokrit Tidak Normal
Kadar hematokrit yang tidak normal, baik terlalu tinggi maupun rendah, dapat menandakan adanya gangguan kesehatan yang perlu diwaspadai. Berikut adalah beberapa penyebab yang dapat mempengaruhi kadar hematokrit dalam dara.
Penyebab Kadar Hematokrit Tinggi
Kadar hematokrit yang tinggi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang meningkatkan produksi sel darah merah atau mengurangi volume plasma dalam darah, berikut di antaranya.
1. Penyakit Jantung
Ketika jantung tidak mampu memompa darah secara efektif ke seluruh tubuh, tubuh berusaha mengatasi kekurangan oksigen dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah.
2. Dehidrasi
Ketika tubuh mengalami dehidrasi, kandungan air dalam darah berkurang, termasuk plasma. Penurunan plasma ini meningkatkan rasio sel darah merah dalam darah, sehingga kadar hematokrit meningkat.
3. Jaringan Parut pada Paru-paru
Kerusakan atau penebalan jaringan paru-paru menghambat kemampuan sel darah merah untuk mengangkut oksigen secara efektif, yang kemudian memicu tubuh memproduksi lebih banyak sel darah merah.
4. Sleep Apnea Obstruktif
Sleep apnea obstruktif telah dikaitkan dengan peningkatan kadar hematokrit. Gangguan tidur ini menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah, yang merangsang produksi sel darah merah lebih banyak.
5. Merokok
Merokok meningkatkan produksi hormon erythropoietin yang merangsang pembentukan sel darah merah, menyebabkan peningkatan kadar hematokrit.
6. Keracunan Karbon Monoksida
Paparan karbon monoksida memengaruhi kapiler dan menurunkan jumlah plasma, sementara tubuh merespons dengan meningkatkan produksi sel darah merah.
7. Penggunaan Testosteron
Penggunaan hormon testosteron dapat meningkatkan produksi sel darah merah, yang berdampak langsung pada kadar hematokrit yang lebih tinggi.
Penyebab Kadar Hematokrit Rendah
Kadar hematokrit yang rendah, atau anemia, menunjukkan bahwa jumlah sel darah merah dalam tubuh lebih sedikit dari normal. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti lemah, pucat, dan kesulitan bernapas. Beberapa penyebab umum dari kadar hematokrit rendah meliputi,
1. Kehilangan Darah
Kehilangan darah akibat cedera atau penyakit dapat menurunkan jumlah sel darah merah dalam tubuh.
2. Leukemia
Pada leukemia, sel-sel abnormal di sumsum tulang menggantikan sel darah merah yang sehat, menyebabkan penurunan kadar hematokrit.
3. Anemia Hemolitik
Pada anemia hemolitik, sel darah merah rusak atau mati lebih cepat daripada yang bisa digantikan oleh tubuh, sehingga menyebabkan kadar hematokrit menurun.
4. Hiponatremia
Hiponatremia, kondisi di mana tubuh memiliki terlalu banyak air, membuat darah menjadi encer, yang pada gilirannya mengurangi kadar hematokrit.
5. Penyakit Ginjal
Anemia sering kali menjadi komplikasi penyakit ginjal, di mana produksi sel darah merah terganggu.
6. Penyakit Tiroid
Hormon tiroid berperan dalam mendukung produksi sel darah merah. Penyakit tiroid dapat mengurangi produksi sel darah merah, menyebabkan penurunan kadar hematokrit.
7. Gangguan Autoimun
Penyakit autoimun seperti lupus dan rheumatoid arthritis dapat merusak sel darah merah, mengakibatkan kadar hematokrit yang rendah.
8. Efek Samping Obat
Beberapa obat, seperti kemoterapi dan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS), dapat menekan produksi sel darah merah di sumsum tulang, menurunkan kadar hematokrit.
9. Kekurangan Asam Folat
Asam folat penting untuk pembentukan DNA dalam sel darah merah. Kekurangannya dapat menyebabkan anemia megaloblastik, yaitu sel darah merah yang abnormal.
10. Defisiensi Vitamin B12
Kekurangan vitamin B12 juga dapat menyebabkan anemia megaloblastik, di mana sel darah merah yang terbentuk lebih besar dari ukuran normal, tetapi fungsinya terganggu.
Kapan Hematokrit Perlu Diperiksa?
Pemeriksaan hematokrit adalah bagian penting dari evaluasi kesehatan yang dilakukan dokter untuk memantau keseimbangan sel darah merah dalam tubuh. Tes ini membantu dalam mendiagnosis dan memantau berbagai kondisi medis. Berikut adalah beberapa situasi di mana pemeriksaan hematokrit diperlukan.
1. Gejala Anemia
Pemeriksaan hematokrit diperlukan ketika seseorang mengalami gejala yang terkait dengan anemia, seperti kelemahan yang berlebihan, sesak napas, pusing, pucat, dan denyut jantung yang cepat. Tes ini akan membantu dokter menentukan apakah pasien memiliki kadar sel darah merah yang rendah, yang menjadi ciri utama anemia.
2. Pemantauan Penyakit
Bagi pasien yang telah didiagnosis dengan penyakit tertentu seperti anemia, penyakit ginjal, penyakit hati, atau gangguan lainnya yang dapat memengaruhi kadar sel darah merah, pemeriksaan hematokrit dilakukan secara berkala. Tes ini membantu dokter memantau bagaimana kondisi tersebut berkembang atau bagaimana tubuh merespons pengobatan yang diberikan.
3. Sebelum dan Setelah Tindakan Medis
Pemeriksaan hematokrit juga diperlukan sebelum dan setelah tindakan medis tertentu, seperti transfusi darah, operasi, atau terapi yang memengaruhi jumlah sel darah merah. Ini dilakukan untuk memantau apakah komposisi sel darah merah berubah selama atau setelah prosedur medis tersebut, sehingga dokter dapat mengambil tindakan yang tepat jika diperlukan.
Dengan memantau kadar hematokrit, dokter dapat memberikan perawatan yang lebih akurat dan memastikan bahwa kondisi kesehatan pasien tetap stabil.