BERITA TERBARU HARI INI – Jangan Sedekah dengan Cara Seperti Ini, Bisa Kehilangan Keutamaannya. Sedekah memiliki makna yang sangat penting dan merupakan salah satu dari lima pilar utama agama. Sedekah bukan hanya sekadar tindakan kebaikan, tetapi juga merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Memberikan sedekah tidak hanya berarti memberikan harta atau uang, tetapi juga bisa berupa waktu, keterampilan, atau bahkan senyuman kepada sesama.
Selain memberikan manfaat langsung bagi penerima sedekah, tindakan tersebut juga dianggap sebagai cara untuk membersihkan harta seseorang dari sifat serakah dan egois.
Dalam Islam, sedekah dipandang sebagai bentuk ibadah yang mendatangkan berkah dari Allah SWT. Dengan memberikan sedekah secara ikhlas dan tanpa pamrih, umat Islam diharapkan untuk mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjaga solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas.
Meskipun sedekah adalah ajaran yang mulia dalam Islam, tetapi ada beberapa kesalahan yang bisa terjadi dalam praktik bersedekah. Salah satu kesalahan umum adalah melakukan sedekah dengan maksud untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain.
Ini bertentangan dengan prinsip Islam yang menekankan pentingnya keikhlasan dalam beramal. Sedekah seharusnya dilakukan semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membantu sesama tanpa mempedulikan pujian atau penghargaan dari manusia.
Tak Perlu Cari Pujian Makhluk
Terkadang kesalahan juga terjadi dalam pengelolaan dana sedekah. Misalnya, tidak melakukan pengelolaan yang bijaksana terhadap dana sedekah, sehingga uang tersebut tidak digunakan secara efektif untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.
Menukil Muslimahdaily,berikut 5 kesalahan dalam bersedekah dikutip dalam buku 400 Kebiasaan Keliru Dalam Hidup Muslim oleh Abdillah Firmanzah Hasan.
1. Mencari Pujian Makhluk
Salah satu kesalahan manusia dalam bersedekah adalah untuk mencari pujian makhluk. Seringkali hal ini tak disadari dan terbesit begitu saja dalam hati.Kalau begitu, meskipun kita bersedekah sebesar Gunung Uhud tapi jika niatnya bukan mencari ridha-Ny. Sia-sialah ibadah tersebut.
Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa orang-orang yang bersedekah untuk mendapatkan pujian makhluk, maka tempatnya adalah di neraka.
“Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberi kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya, ia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak pernah meninggalkan sedekah dan infak pada jalan yang Engkau cintai, aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berkata, ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang yang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya dan melemparkannya ke dalam neraka.” (HR. Muslim).
Jangan Tunda dan Pilih yang Terdekat
2. Menunda Sedekah
Nikmat sehat dan lapang merupakan salah satu nikmat yang seringkali melalaikan manusia. Di waktu tersebut, kita kadang lupa atau bahkan menunda untuk berbuat baik, salah satunya adalah sedekah. Barulah ketika dalam kondisi sakit, kekurangan harta dan hidup tidak berguna lagi, manusia menyesal seutuhnya.
Diriwaytkan dari Abu Hurairah, bahwa ia berkata, “Seseorang bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, ‘Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhal?’ Beliau menjawab, ‘Engkau bersedekah ketika masih dalam keadaan sehat lagi kaya, sangat ingin menjadi kaya dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai di kerongkongan, baru berpesan, ‘Untuk si fulan sekian dan untuk si fulan sekian.’ Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR. Bukhari).
3. Tidak Sedekah dari Orang Terdekat Terlebih Dahulu
Allah berfirman, “Mereka bertanya tentang yang mereka nafkahkan. Jawablah, ‘Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan.’ Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah:215).
Ayat tersebut diturunkan saat sahabat bernama Amr bin Jamuh bertanya kepada Rasulullah tentang kepada siapa harta hendaknya diinfakkan. Sesuai ayat di atas, sedekah paling utama adalah kepada orangtua, baru kemudian kerabat dan seterusnya.
“Sesungguhnya sedekah kepada orang miskin pahalanya satu sedekah, sedangkan sedekah kepada kerabat pahalanya dua, yaitu pahala sedekah dan pahala menjalin hubungan kekerabatan.” (HR. Nasa’I, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Dua Perilaku Selanjutnya
4. Perhitungan dalam Sedekah
Ketika berbelanja kebutuhan sehari-hari kita pasti akan mengkalkulasi uang yang akan dikeluarkan dengan jumlah uang yang kita miliki. Begitupun dengan bersedekah, sebaiknya tidak berlebihan namun juga tidak pelit atau kikir dan harus disesuaikan dengan kemampuan kita.
Sedekah hendaknya tidak dihitung-hitung hingga merisaukan hati. Karena sesungguhnya jika kamu mengetahui balasan Allah maka apa yang kita keluarkan tak ada nilainya sama sekali.
Rasulullah bersabda, “Bersedekahlah kamu dan jangan menghitung-hitung karena Allah akan menghitung-hitung pula pemberian-Nya kepadamu dan jangan kikir karena Allah akan kikir pula kepadamu.” (HR. Muslim).
5. Mengungkit Sedekah
Kebiasaan buruk yang seringkali dimiliki orang yang bersedekah adalah mengungkit kembali kebaikannya. Ia merasa berjasa atas pemberian yang dilakukan. Jika suatu hari terjadi konflik dengan seseorang yang disedekahkan, biasanya pemberi sedekah ankan mulai mengungkit-ungkit kebaikannya.
Ada baiknya sikap ini bisa dihindari, karena jika berlanjut akan bisa menghapus pahala sedekah itu sendiri.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264). Wallahu a’lam.